Tuesday, November 19, 2019

Apa Pengaruh Terowongan Nanjung untuk Mengurangi Banjir Bandung Selatan? Ini Penjelasannya

Terowongan Nanjung Banjir Bandung Selatan

Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil didampingi Bupati Bandung Dadang M.Naser melakukan peninjauan ke beberapa titik lokasi di seputar pembangunan Terowongan Nanjung di Desa Nanjung Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung, Sabtu (16/11). Lokasi yang dikunjungi diantaranya, Sungai Mati Citarum (Oxbow Daraulin) dan Terowongan Air Nanjung.

Disela peninjauan tersebut, gubernur dan bupati melakukan pertemuan dengan warga setempat. Tujuan pertemuan itu, ungkap gubernur selain menampung aspirasi warga setempat, juga dalam rangka melakukan dialog dan mengajak masyarakat untuk bersama-sama melihat sejauhmana progres pembangunan terowongan tersebut.

“Kita datang ke sini sengaja mengundang perwakilan warga untuk melihat progres-progres dari usaha pemerintah, yang pada tahun ini ada 16 proyek. Dari 16 proyek, proyek terbesar adalah pembangunan Terowongan Nanjung ini. Pembangunan ini bertujuan untuk mengurangi potensi banjir, baik dari skala kecil, menengah hingga skala besar,”ucap Kang Emil, sapan akrab gubernur Jabar ini.

Dari terowongan air Nanjung, ungkap Kang Emil ada dua jalur untuk mengalirkan air yang sering melambat di daerah Curug Jompong, yang sering kali membuat bangunan air itu balik kanan. "Karena berkelok-kelok dan banyak batu besar sehingga air yang deras dari arah selatan ini mengalir menjadi penyempitan,”jelas Kang Emil.

Pada kesempatan itu, Emil menyebutkan, total nilai proyek itu sekitar 300 miliar, mulai dikerjakan dari April 2018, dan diperkirakan akan selesai pada pertengahan Desember. Ia berharap di awal tahun 2020 sudah bisa difungsikan.

“Mudah-mudahan masyarakat Jabar yang terdampak banjir bisa mendukung apa yang dilakukan pemerintah saat ini. Kita sudah optimal, tapi tidak ada istilah jaminan bebas banjir ya, karena bagaimanapun urusan air adalah fenomena alam. Jadi tugas manusia adalah dengan ilmunya, berikhtiar mengurangi potensi kebencanaan,” tandasnya pula.

Sementara, Bupati Dadang Naser mengingatkan pada masyarakat sepanjang bantaran sungai dari mulai hulu Sungai Citarum, di Cisanti sampai Muaragembong, Bekasi untuk bersama-sama mendukung upaya pemerintah ini dengan cara tidak buang sampah ke sungai.

“Satu orang membuang sampah langsung ke sungai mungkin masih dapat dikendalikan. Namun jika berjuta-juta orang yang melakukan tentunya akan menjadi masalah. Warga juga harus ikut membantu, minimal mengubah prilakunya untuk ikut berperan dan bertanggungjawab dalam pengurangan sampah yang ada di Sungai Citarum,”ucap bupati.

Bupati mengutarakan salah satu hal yang belum ideal dalam penanganan banjir adalah kolam-kolam retensi atau embung-embung yang berfungsi menampung dan mengamankan air saat musim kemarau. ”Jadi ketika musim hujan, air tidak langsung masuk sungai semua, sehingga beban sungaii terkurangi dengan tampungan air di embung-embung itu,” kata Dadang.

Salah satu upaya Pemkab Bandung dalam menangangi banjir, lanjut Dadang adalah pembebasan lahan di wilayah Rancaekek. Saat ini, kata Dadang sedang disoundingkan dengan Tegalluar, karena di kawasan Kotabaru Tegalluar itu harus ada embung-embung. “Diperkirakan harus ada tiga, dan itu bisa lebih dari 50 hektar untuk kawasan kolam retensi. Kolam ini untuk cadangan air baku ketika kemarau dan pengendalian banjir ketika hujan,”pungkasnya.

No comments:

Post a Comment